Perihal

My photo
Kota Bharu, Kelantan, Malaysia
Mendapat pendidikan awal di Pondok Padang Lepai dan melanjutkan pelajaran di Maahad Muhammadi Kota Bharu dan seterusnya Maktab Perguruan Batu Lintang, Sarawak

CONTOH BACAAN

RIWAYAT WARSY RIWAYAT QALUN RIWAYAT HAFS

QIRA'AT SABAAH


Di peringkat awal Al-Quran hanya diturunkan dalam satu huruf saja, akan tetapi Rasulullah SAW mendesak malaikat Jibril agar ditambah lagi, supaya umatnya tidak menghadapi masalah dan kesusahan dalam membaca Al-Quran dan memilih mana saja bacaan yang mudah. Lalu Jibril pun menambahnya sehingga tujuh huruf. sebagaimana sabda Rasulullah SAW “Sesungguhnya Al-Quran itu diturunkan dengan tujuh huruf, maka bacalah ia dengan bacaan yang mudah daripadanya”
Ilmu qiraat adalah bagian dari ulum Al-Quran atau ilmu-ilmu tentang Al-Quran yang membicarakan kaidah membaca Al-Quran. Ilmu itu disandarkan kepada Imam periwayat dan pengembangnya yang sanadnya bersambung sampai kepada Rasulullah SAW. Cara pengambilan ilmu ini adalah dg cara ‘talaqi’ yaitu dengan memperhatikan bentuk mulut, lidah dan bibir guru ketika melafazkan ayat-ayat Al-Quran.
Abu ‘Ubayd al-Qasim bin Salam sebagaimana yang disebutkan oleh al-Suyuti di dalam kitabnya. mengatakan : Rasulullah SAW bersabda,
“Sesungguhnya Al-Quran ini diturunkan atas tujuh huruf, maka bacalah kamu mana yang mudah daripadanya.”(HR Bukhari dan Muslim).
LAlu makna tujuh huruf sendiri apa ?Para ulama berbeda pendapat mengenai Al-Quran diturunkan dengan tujuh huruf….
1. pendapat pertama adalah yang mengatakan Al-Quran itu diturunkan dalam tujuh bahasa dari tujuh bangsa selain bangsa Arab. Pendapat ini karena adanya kalimat-kalimat yang bukan dari bahasa Arab dalam Al-Quran seperti ‘Sirat’ (Rome), ‘Istabraqen’ (Yunani), ‘Sijjil’(Parsi), ‘Haunaan’(Siryani).
2. Pendapat kedua adalah yang mengatakan Al-Quran itu diturunkan dengan tujuh jenis qiraat (bacaan) tetapi pendapat ini lemah.
3. Pendapat ketiga adalah yang menyatakan bahwa yang dimaksudkan tujuh huruf tersebut ialah tujuh bahasa kabilah Arab yang masyhur di waktu itu.
LAlu bagaimanakah ulama berpendapat hakikat tujuh huruf itu ?
Para ulama berselisih pendapat mengenai haikikat makna tujuh huruf . berikut beberapa pandangan ulama, tentang hakikat makna tujuh huru…….
1. Larangan (1), perintah (2), halal (3), haram (4), peringatan (5), perbandingan (6)dan hujah (7)
2. Balasan baik (1) dan buruk (2), halal (3), haram (4), peringatan (5), perbandingan (6)dan hujah (7).
3. 7 bahasa yaitu Quraisy (1), Yaman (2), Jarham (3), Hairizam (4) , Qurdaah (5), Al-Tamim (6)dan Ther (7).
4. 7 Qiraat sahabat yaitu Abu Bakar (1), ‘Umar (1), ‘Usman (3), ‘Ali (4), Ibn Mas’ud (5),Ibn ‘Abbas (6) dan Ubay bin Ka’ab (7).
5. DZahir(1), batin (2), fardu (3), sunat (4) ,khusus (5), umum (6),dan perbandingan(7)..
6. Depan (1), akhir (2), faraid (3), hudud (4), peringatan (5), mutasyabihah (6) dan perbandingan (7).
7. Perintah (1), larangan (2), akad (jual beli) (3,4), ilmu ghaib (5), zahir (6) dan batin (7).
8. Hamzah (1), imalah (2), baris atas (3), baris bawah (4), tebal (5), panjang (6) dan pendek (7).
9. Perintah (1), larangan (2), berita gembira (3), peringatan (4), khabar (5), perbandingan (6) dan peringatan (7)
Demikianlah pendpat ulama yang bermacam-macam mengenai maksud tujuh huruf dalam alqur’an.
Tpi dari sekian banyaknya perbedaan pendapat tentang tujuh huruf, Pendapat yang paling masyhur mengenai penafsiran Sab’atu Ahruf adalah pendapat Ar- Razi dikuatkan oleh Az-Zarkani dan didukung oleh jumhur ulama. Yaitu Perbedaan yang berkisar pada tujuh wajah;
1. Perbedaan pada bentuk isim , antara mufrad, tasniah, jamak muzakkar atau mu’annath. Contoh :
وَالَّذِينَ هُمْ لأمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ (Al-Mukminun: 8)
Yaitu لأمَانَاتِهِمْ dan dibaca mufrad dalam qiraat lain لأمَانتِهِمْ.
2. Perbedaan bentuk fi’il madhi , mudhari’ atau amar. Contoh:
فَقَالُوا رَبَّنَا بَاعِدْ بَيْنَ أَسْفَارِنَاٍ (Saba’ : 19)
Sebaagian qiraat membaca lafaz ‘rabbana’ dengan rabbuna, dan dalam kedudukan yang lain lafaz ‘ba’idu’ dengan ‘ba’ada’.
3. Perbezaan dalam bentuk ‘irab. Contoh, lafad z إِذَا تَبَايَعْتُمْ وَلا يُضَارَّ كَاتِبٌ (Al-Baqarah: 282) dibaca dengan disukunkan huruf ‘ra’ sedangkan yang lain membaca dengan fathah.
4. Mendahulukan (taqdim) dan mengakhirkan (ta’khir). atau lebih dikenal dg taqdim ta’khir… Contoh :
وَجَاءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَق (Surah Qaf: 19) dibaca dengan didahulukan ‘al-haq’ dan diakhirkan ‘al-maut’, وَجَاءَتْ سَكْرَةُالْحَق بِالْمَوْتِ . Tapi Qiraat ini dianggap lemah.
5. Perbedaan dalam menambah dan mengurangi. Contoh ayat 3, Surah al-Lail,
وَمَا خَلَقَ الذَّكَرَ وَالأنْثَى . Ada qiraat yang membuang lafaz ‘ma kholaqo’
6. Perbedaan ibdal (pergantian huruf). Contoh, kalimah ‘nunsyizuha’ dalam ayat 259 Surah al-Baqarah dibaca dengan ‘nunsyiruha’ (‘zai’ diibdalkan dengan huruf ‘ra’).
7. Perbezaan lahjah seperti dalam masalah imalah, tarqiq, tafkhim, izhar, idgham dan sebagainya. Perkataan ‘wadduha’ dibaca dengan fathah dan ada yang membaca dengan imalah , yaitu dengan bunyi ‘wadduhe’ (sebutan antara fathah dan kasrah).
Lalu apa kaitannya 7 huruf ini dg mushaf ‘usmani ?? Mashaf ‘Uthmani adalah mashaf yang dicatat dan disempurnakan pada zaman Khalifah ‘Usman ibn ‘Affan yang digunakan pada hari ini. Menurut jumhur ulama, mashaf ini berjumlah 6 buah yang mencakupi ‘Tujuh Huruf’. Sebagai contoh,(bahasa Yaman), (bahasa Hawazin), (bahasa Abbas) dan lain-lain yang terdapat dalam al-Quran rasm ‘Usmani.
Lalu apa kaitannya dg ilmu qiraat ?
Qiraat adalah bentuk masdar daripada qara’a atau jamak dari qiraah yang artinya bacaan. Menurut istilah ‘ilmiah, qiraat adalah satu mazhab(aliran) pengucapan Al-Quran yang dipilih oleh salah seorang Imam qurra’ sebagai suatu mazhab yang berbeda dengan mazhab lainnya. Dengan kata lain ia membawa maksud perbedaan-perbedaan dalam membaca Al-Quran, yaitu perbedaan lafaz-lafaz Al-Quran mengenai huruf-huruf dan cara mengucapkannya di segi tebal atau tipis, panjang pendeknya dan sebagainya.
Muhammad Abdul Azim Az-Zarqani mengatakan: “Qiraat ialah suatu mazhab yang dipilih oleh imam qiraat yang antara satu dengan lainnya tidak sama dalam melafadzkan Al-Quran.”
Muhammad Salam Muhsin mengatakan: “Qiraat adalah satu ilmu yang membahas tentang cara pengucapan kalimat-kalimat Al-Quran serta cara pelaksanaannya dengan menisbahkan setiap bacaany kepada seorang Imam pakar qiraat.”
Dari Definisi di atas, dapat kita simpulkan qiraat adalah suatu ilmu pengetahuan mengenai cara melafazkan Al-Quran secara praktikal dengan pengucapannya yang baik, entah itu disepakati atau diperselisihkan kesahihannya dengan berdasar pada mazhab-mazhab yang diakui sanadnya hingga sampai kepada Rasulullah SAW. Dan Qiraat yang dianggap mutawatir dalam pembacaan Al-Quran adalah Qiraat Sab’ah atau Qiraat Tujuh. Sebagian orang menyangka bahawa qiraat atau macam-macam bacaan Al-Quran tersebut dibuat oleh Rasulullah SAW atau oleh para sahabat dan para tabiin. Anggapan tersebut adalah tidak benar berdasarkan riwayat puluhan hadis sahih yang menerangkan berbagai bacaan semenjak Al-Quran diturunkan. Kesemua bacaan yang diriwayatkan oleh ketujuh imam itu telah diakui dan disepakati oleh para ulama dan benar2 dari Rasulullah SAW yang dikenal dengan Qiraat Sab’ah atau Qiraat Tujuh.
Di zaman sahabat, para qari dan huffaz yang terkenal adalah ‘Usman bin Affan, Ali bin Abi Talib, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin tsabit, Ibnu Mas’ud, Abu Darda’ dan Abu Musa Al-Asy’ari. Merekalah yang dikirim oleh Khalifah ‘Usman ke wilayah Islam bersama mashaf ‘Usmani yang telah disediakan. Dri Hasil didikan para qari zaman sahabat, muncullah pakar-pakar qiraat generasi tabiin, dan sesudahnya. Berikut nama-nama para pakar qiraat dari generasi tabi’in dibeberapa wilayah islam didunia :
Di Mekah – Qari-Qari’ yang tinggal di Mekah antara lain ialah Ubaid bin Umair, Atak Tawus, Mujahid, Ikrimah dan Ibnu Malikah
Di Madinah – Qari-Qari yang tinggal di Madinah antaran lain ialah Ibnu Musayyab, Urwah, Salim, Umar bin Abdul Aziz, Sulaiman, Ibnu Yasar, Mu’ad bin Haris (Mu’ad AI-Qari’), Abdurrahman bin Hurmuz, Ibnu AI-A’raj, Muslim bin Jundub dan Sa’id bin Aslam.
Di Basrah terdapat para qari masyhur yaitu Amir bin Abdul Qais, Abu ‘Aliyah, Abu Raja’, Nasr bin Ashim, Yahya bin Ya’mar, Mu’adz, Jabir bin Zaid, Al-Hasan Ibnu Sirin dan Qatadah.
Di Kufah – Di kota Kufah terdapat pula pra ahli qiraat. diantaranya Al-Qamah, AI-Aswad, Masruq, Ubaid, Amr bin Syarkhabil, Al-Haris bin Qais, Rabi’ bin Khatim, ‘Amru b. Maimun, Abdurrahman Assulami, Zar bin Khubais, Ubaid bin Mudhailah, Abu Zar’ah dan Ibnu Asy-Sya’bi.
Di Syam – terdapat juga para qari .antara lain AI-Mughirah bin Abi Syaibah Almakhzumi. Beliau termasuk salah seorang murid ‘usman bin Affan. Dan Khalid bin Sa’id, salah seorang murid Abu Darda’.
Dari Hasil didikan generasi tabiin, maka semakin banyak orang yang cenderung dan berminat tentang ilmu qiraat. Banyak diantara mereka yang memusatkan perhatian terhadap ilmu qiraat, sehingga di beberapa kota besar terdapat pula pakar-pakar qiraat dari generasi ini. seperti di Mekah terdapat Imam Ibnu Kasir, yang menjadi salah seorang imam qiraat. Hamid bin Qais Al-A’raj dan Muhammad bin Muhaisin. Di Madinah terdapat nama-nama seperti Abu Jaafar Yazid bin Yakkub, Syaibah bin An-Nasah dan Nafi’ bin Nu’im (salah seorang imam qiraat). Di Kufah nama-nama yang termasyhur adalah Yahya bin Wathab, ‘Asim bin Abi Nujdud, Hamzah dan Kisa’i. Tiga nama yang terakhir itu termasuk imam Qiraat yang tujuh. Manakala para qari yang tinggal di Basrah ialah Abdullah bin Abu Ishak, Isa bin Umar, Abu Amir bin Al-A’la (salah seorang imam qiraat), Asim bin Jahdari dan Yakkub bin Al-Hadrami. Di Syam tercatat juga nama-nama yang masyhur .diantaranya Abdullah bin Amir (salah seorang imam qiraat), Atiyah bin Qais Al-Kilabi, Ismail bin Abdullah bin Muhajir, Yahya bin Haris dan Syuraikh bin Yazid Al-Hadrami.
Melalui perkembangan ilmu qiraat yang pesat, lahirlah berbagai bentuk bacaan yang semuanya bersumber dari Rasulullah SAW. Hal ini karena pemahaman mereka yang berbeda dalam memahami maksud Rasulullah SAW yang mengatakan Al-Quran itu diturunkan dalam tujuh huruf. Oleh karena itu masing-masing pembawa qiraat mendakwa qiraatnya berasal dari Rasulullah SAW, Hingga di masa itu, belum dirumuskan dan belum dipastikan bacaan mana yang betul-betul dari Rasulullah SAW. Oleh karena itu, para ulama merumuskan tiga syarat bagi setiap qiraat yang dianggap betul dari Rasulullah SAW:
1. Sanadnya Sahih – maksudnya, suatu bacaan dianggap sahih sanadnya apabila bacaan itu diterima darisalah seorang imam atau guru yang masyhur, tertib, tidak ada cacat dan sanadnya bersambung hingga kepada Rasulullah SAW.
2. Sesuai Dengan Rasm ‘Usmani – maksudnya, suatu qiraat dianggap sahih apabila sesuai dengan salah satu Mashaf ‘Usmani ( yang berjumlah 6 ) yang dikirimkan ke bnerbagai wilayah Islam kerana ia mencakup sab’atu ahruf.
3. Sesuai dengan tata bahasa Arab – Tapi syarat terakhir ini tidak berlaku sepenuhnya, sebab ada sebagian bacaan yang tidak sesuai dengan tata bahasa Arab, namun karena sanadnya sahih dan mutawatir maka qiraatnya dianggap sahih.
Ilmu qiraat semakin maju sejajar dengan ilmu-ilmu lain disebabkan perkembangan dunia pada umumnya dan dunia Islam khususnya . Ilmu-ilmu yang dulunya diwarisi secara mulut ke mulut mulai dibukukan untuk menjadi kajian bagi generasi mendatang. begitu juga ilmu qiraat mulai ditulis dan dibukukan. Sejarah mencatat Abu Ubaid Al-Qasim bin Salam, Abu Khatim As-Sajistani, Abu Jaafar At-Tabari dan Ismail Al-Qadhi termasuk diantara para ulama qiraat yang mula-mula merintis pembukuan ilmu Qiraat Al-Quran.
Melalui pembukuan tersebut, para ilmuwan kemudian mulai membuat kajian dan meringkas pembukuan ilmu qiraat untuk lebih diminati orang banyak. Di antara mereka ada yang menyusunnya dalam bentuk prosa dan ada pula yang berbentuk syair agar mudah dihafal. Orang yang termasuk dalam kriteria tersebut diantaranya ialah Imam Ad-Dani dan Al-Syatibi.
1. Sanadnya Sahih – maksudnya, suatu bacaan dianggap sahih sanadnya apabila bacaan itu diterima darisalah seorang imam atau guru yang masyhur, tertib, tidak ada cacat dan sanadnya bersambung hingga kepada Rasulullah SAW.
2. Sesuai Dengan Rasm ‘Usmani – maksudnya, suatu qiraat dianggap sahih apabila sesuai dengan salah satu Mashaf ‘Usmani ( yang berjumlah 6 ) yang dikirimkan ke bnerbagai wilayah Islam kerana ia mencakup sab’atu ahruf.
3. Sesuai dengan tata bahasa Arab – Tapi syarat terakhir ini tidak berlaku sepenuhnya, sebab ada sebagian bacaan yang tidak sesuai dengan tata bahasa Arab, namun karena sanadnya sahih dan mutawatir maka qiraatnya dianggap sahih.
Ilmu qiraat semakin maju sejajar dengan ilmu-ilmu lain disebabkan perkembangan dunia pada umumnya dan dunia Islam khususnya . Ilmu-ilmu yang dulunya diwarisi secara mulut ke mulut mulai dibukukan untuk menjadi kajian bagi generasi mendatang. begitu juga ilmu qiraat mulai ditulis dan dibukukan. Sejarah mencatat Abu Ubaid Al-Qasim bin Salam, Abu Khatim As-Sajistani, Abu Jaafar At-Tabari dan Ismail Al-Qadhi termasuk diantara para ulama qiraat yang mula-mula merintis pembukuan ilmu Qiraat Al-Quran.
Melalui pembukuan tersebut, para ilmuwan kemudian mulai membuat kajian dan meringkas pembukuan ilmu qiraat untuk lebih diminati orang banyak. Di antara mereka ada yang menyusunnya dalam bentuk prosa dan ada pula yang berbentuk syair agar mudah dihafal. Orang yang termasuk dalam kriteria tersebut diantaranya ialah Imam Ad-Dani dan Al-Syatibi.
Pada peringkat awal pembukuan ilmu qiraat yang dirintis oleh Ibnu Ubaid Al-Qasim, Abu Khatim As-Sajistani, Abu Ja’afar dan para imam tersebut di atas, istilah qiraat tujuh belum timbul. Pada peringkat ini, mereka hanya mengangkat sejumlah qiraat yang banyak ke dalam karangan ­ mereka. Hanya pada abad kedua Hijrah orang mulai tertarik kepada qiraat atau bacaan beberapa imam yang mereka kenali. Umpamanya di Basrah orang tertarik terhadap qiraat Imam ‘Amr bin Yakkub. Sementara di Kufah, orang ramai tertarik pada bacaan Hamzah dan ‘Asim. Di Syam orang tertarik pada qiraat Ibnu ‘Amir. Di Mekah orang2 tertarik pada qiraat Ibnu Kasir begitu juga di Madinah orang tertarik pada qiraat Imam Nafi’.
Di penghujung abad ketiga Hijrah, Ibnu Mujahid mencetuskan istilah Qiraah Sab’ah atau Qiraat Tujuh, dimaksudkan kepada tujuh macam qiraat yang dipopularkan oleh tujuh ( diatas )imam qiraat tersebut. Namun Ibnu Mujahid tidak memasukkan Imam Yakkub ke dalam nama para Imam yang tujuh. Sebagai pelengkapnya, beliau memasukkan ‘Ali Kisa’i yang yaitu salah seorang pakar qiraat dari Kufah untuk menggantikan nama Yakkub. Maka dari situlah bermulanya muncul sebutan Qiraat Sab’ah.
LAlu kenapa hanya sebatas pada 7 imam ? Padahal selain mereka itu masih banyak lagi imam qiraat yang setaraf dengan mereka. Jawaban Menurut Al-Makki, itu karena sanad Imam-imam tersebut ( yang selain imam 7 )terlalu panjang hingga mengurangi minat orang yang ingin belajar qiraat. Oleh karena itu, (para perawi) mulai membatasi diri hanya pada qiraat yang sesuai dengan mashaf yang mudah dihafal dan mudah menurut bacaan Al-Quran. Di samping itu ,para imam 7 tadi adalah termasuk orang2 yang bisa dipercaya, jujur, dan sudah lama dalam menekuni ilmu qiraat dan qiraatnya pun disepakati untuk dijadikan rujukan. Tapi Walau demikian, mereka tidak meninggalkan periwayat yang selain tujuh imam qiraat tadi, seperti qiraat Yakkub, qiraat Abu Ja’afar, qiraat Syaibah dan lain-lain. Periwayat-periwayat imam tujuh yang masyhur
ialah:
Qalun dan Warsy, meriwayatkan daripada Imam Nafi.’
Qambul dan Al-Bazzi, meriwayatkan qiraat daripada Ibnu Kasir.
Ad-Duri dan Susi, meriwayatkan qiraat dari Imam Abu Amr.
Syukbah dan Hafas, meriwayatkan qiraat dari Imam Asim.
Kholafi dan Khollad, meriwayatkan qiraat dari Imam Hamzah.
Hisyam dan Dzakwan, meriwayatkan qiraat dari Imam Ibnu Amir.
Abdul Haris dan Duri meriwayatkan qiraat dari Imam Ali Kisa’i.


Terdapat 10 imam qiraat atau dikenali sebagai Qiraat Asyara.Setiap imam ini ada 2 orang perawi yang diakui dengan ini ada dua puluh jenis bacaan yang berbeza-beza mengikut tempat masing-masing.Antara imam-imam itu ialah Imam Nafi dan dua orang perawi iaitu Qalun dan Warsy,imam Asim dan perawinya ialah Syubah dan Hafs (qiraat riwayat hafs ialah yang dbaca orang Malaysia ). Orang-orang Islam diSudan membaca Quran Qiraat Abu Amru,sementara Negara Morocco dan Libya pula embaca dengan Qiraat Warsy.

JENIS BACAAN


~Warsy~



Warsy adalah satu gelaran yang diberikan oleh gurunya Imam Nafie’. Nama sebenar Warsy ialah Uthman Ibn Said al-Qibti al-Misri.Kalimah warsy mempunyai dua makna, pertama terlalu putih. Ia diberikan kepada warsy kerana tubuhnya yang sangat putih. Kedua, ringan pergerakan atau aktif.Warsy sangat aktif dan Imam Nafie’ selalu bertanya di manakah Warsy? Mari ke sini Warsy dan lain-lain.

Warsy lahir pada tahun 110 hijrah di Mesir dan meninggal pada tahun 197 hijrah. Pada tahun 155 hijrah, Warsy bermusafir ke Madinah al-Munawarah untuk menuntut ilmu Qiraat.Ketika itu, tokoh al-Quran yang masyhur di Madinah ialah Imam Nafie’. Imam Syafie pernah menyatakan untuk menuntut ilmu dan memperolehinya mesti ada enam syarat iaitu cerdik, berkehendak, bersungguh-sungguh, bekalan, melazimi guru dan tempoh yang panjang.

Ciri pertama iaitu cerdik adalah syarat utama. Dan syarat ini wujud pada Imam Warsy. Beliau telah membaca al-Quran sebanyak empat kali khatam sahaja di hadapan gurunya Imam Nafie’. Ada juga ulama yang menyatakan tempoh empat kali khatam di hadapan Imam Nafie’ berlangsung hanya selama sebulan.

Ciri bacaan Warsy adalah membaca dengan enam harakat pada kebanyakan mad seperti mad wajib muttasil dan mad jaiz munfasil. Mad wajib muttasil berlaku apabila huruf mad iaitu alif, wau yang sebelumnya berbaris hadapan dan ya yang sebelumnya berbaris di bawah berada bersama dengan huruf hamzah dalam satu kalimah dan jika huruf mad dan huruf hamzah berpisah dalam dua kalimah Ia dipanggil mad jaiz munfasil. Kedua-dua mad ini Warsy membaca dengan kadar enam harakat.

Selain itu kalimah yang mempunyai huruf ya seperti warsy membacanya dengan taqlil. Kaedah bacaan taqlil ini tidak wujud dalam bacaan Hafs. Justeru untuk menyebutnya dengan tepat perlu kepada talaqqi atau mempelajarinya dari guru.




~Qalun~

Nama Imam Qalun ialah Isa Ibn Mina al-Madani. Qalun dalam bahasa Rom bermaksud bacaan yang menarik dan berkualiti. Gelaran tersebut diberikan oleh gurunya Imam Nafei' bersesuaian dengan ilmu dan bakatnya dalam bidang bacaan al-Quran.

Qalun lahir pada tahun 120 hijrah dan meninggal dunia pada tahun 220 hijrah di Madinah al-Munawwarah. Kelebihan dan kemuliaan yang Allah SWT kurniakan kepada Qalun ialah beliau tidak dapat mendengar kecuali bacaan al-Quran sahaja. Ada sebahagian ulama menyatakan bahawa beliau adalah seorang yang pekak di akhir usianya.

Namun, kesebatian hidupnya dengan al-Quran, membolehkan beliau mengesan kesalahan bacaan al-Quran melalui pemerhatian kepada gerakan bibir pembaca al-Quran. Seterusnya, membetulkanya dengan bacaan yang sahih.

Mengikut sejarah, Qalun belajar al-Quran daripada gurunya seorang tokoh al-Quran di Madinah al-Munawarah iaitu Imam Nafei'. Beliau sangat tekun dalam menimba ilmu tanpa mengira penat dan lelah. Pernah satu ketika ditanya kepadanya, sudah berapa kali kamu khatam al-Quran di hadapan Imam Nafei'? Qalun menjawab, tidak terkira bilangan khatam tetapi yang pastinya aku masih membaca di hadapannya meskipun sudah lebih 20 tahun.

Sebagai renungan bersama adat kebiasaan masyarakat Melayu amat bermegah apabila anaknya khatam al-Quran di usia masih kecil. Mereka akan mengadakan majlis khatam al-Quran bagi meraikan usaha dan pencapaian anak tersebut. Malangnya khatam al-Quran menjadi lesen kepada anak-anak untuk tidak lagi membaca al-Quran di usia menengah dan dewasa. Sebaliknya di negara arab, belajar al-Quran tidak berhenti dengan sekali khatam di hadapan guru. Selepas khatam al-Quran mereka mencari guru yang lain.

Bermula dengan menekuni riwayat Hafs dan selepas khatam riwayat tersebut mereka membaca Qiraat tujuh atau mendalami riwayat-riwayat lain. Khatam al-Quran ketika usia masih muda adalah permulaan untuk mengenal al-Quran. Masih banyak sebutan huruf, sifat huruf dan hukum tajwid yang perlu diberi penekanan.

Pengajaran daripada kisah Qalun yang membaca al-Quran di hadapan gurunya selama lebih dua puluh tahun memberi isyarat bahawa ilmu bacaan al-Quran memerlukan tempoh yang panjang dan tidak hanya memadai dengan sekali khatam sahaja. Justeru pembelajaran al-Quran perlu ada kesinambungan dan dilangsungkan dalam kehidupan muslim dan jadikan bacaannya sebagai rutin harian.


~Hafs~

Nama sebenar beliau ialah Hafs bin Sulaiman bin al-Mughirah al-Asadi al-Kufi. Beliau dilahirkan pada tahun 90 Hijrah dan wafat pada tahun 180 Hijrah. Kebanyakan umat islam kini membaca Al-Quran menurut riwayat Imam Hafs ini.

LAMBARAN KERJA

ds         Suaikan potongan-potongan ayat berikut mengikut hukum-hukum qalqalah
2.    Tuliskan perbezaan cara bacaan Qalqalah Suqra,Qalqalah kubra dan Qalqalah Asaddu kubra.
                           i. Qalqalah Kubra……………………………………………………………

                          ii. Qalqalah Suqra………………………………………………………….....

                         iii. Qalqalah Ashaddu Kubra…………………………………………………….............

3.    Cari dan warnakan kalimah yang mengandungi bacaan qalqalah yang berikut.









Pendidikan Islam Tahun 6


Persedian Rancangan Pengajaran dan Pembelajaran Harian
Mata Pelajaran : Pendidikan Islam
Tahun : 6
Bilangan Murid : 35 orang
Umur : 12 Tahun
Tarikh : 18/4/2012
Masa : 30 minit
Tajuk : Tilawah
Sub Tajuk :  Qalqalah
Hasil Pembelajaran : Pada akhir proses pengajaran dan pembelajaran pelajar akan dapat ;
a) Menyebut pengertian qalqolah dengan betul
b) Murid dapat membaca kalimah yang mengandungi hokum qalqolah .
c) menjawab soalan yang dikemukakan
Pengetahuan Sedia ada : Pelajar telah mengetahui tentang pentingnya
Membaca al-quran.
Penerapan Nilai : Beradab ketika membaca al-Quran.
Sumber P&P : Gambar, Keratan Akhbar dan LCD
Langkah/Masa
Isi Kandungan
Aktiviti P&P
Catatan
Set Induksi (5minit)
 Membaca doa penerang hati
Menunujukkan gambar orang membaca al-quran. / guru membaca al-Quran secara bertarnnum.
1) Murid diminta merenung gambar yang ditayangkan.
2) Murid diminta menyatakan apa yang terdapat dalam gambar yang ditayangkan
3) Guru mengaitkan dengan tajuk hari ini
Kemahiran berfikir:
Reflektif
Teknik:
Sumbangsaran
BBM:
Gambar
Langkah 1
(10 minit)
Definisi hokum Qlqalah
1) Guru menerangkan konsep hokum Qlqalah dan berkongsi pengalaman murid-murid ketika membaca al-Quran. Murid melihat tayangan Video berkaitan dengan bacaan al-Quran;
a) bertarannum(mujawad)
b) murattal
c) Tadwir
d) hadar
2)Murid menyenaraikan
Hukum min sakinah yang mereka ketahui. Dan juga berkongsi pengalaman ketika mereka belajar al-Qurani
Teknik:
Soal Jawab
BBM:
LCD
-  Qalqalah kubro
- Qaqalah  asyadda kubro
- Qalqalah syugro
-BBm
-Kad perkataan
-


;

Langkah 2
(10 minit)
Jenis-jenis  qalqalah
1) Murid-murid menyenaraikan  jenis hukum qalqalah  seperti
i. qalqalah kubro
ii qalqalah asyadda kubro
iii.qalqalah syugro

Langkah 3
(2 minit)
Pekara yang perlu dihindari semasa membaca al-Qura
Menjawa soalan yang dikemukann
1) Membaca tidak bertajwid 2) Membac atau memegang al-Quran dengan tidak berwudhuk.
BBM:
Keratan Akhbar
Lembaran kerjar


Penutup
(3minit)
Rumusan dan
Refleksi
* Islam menitik
beratkan aspek
kebersihan
.
Guru membuat kesimpulan
bahawa Islam menekankan
soal kebersihan dan hubungkait dengan kepentingan bacaan al-Quran.  
Nilai:
Kesedaran

;;